Perkembangan teknologi kecerdasan buatan dan otomasi telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor, termasuk sektor perpustakaan. Jika dulu perpustakaan hanya mengandalkan tenaga manusia dalam mengelola koleksi dan melayani pengguna, kini hadir inovasi baru berupa robot yang berperan sebagai asisten. Kehadiran robot di perpustakaan tidak lagi sekadar konsep futuristik, melainkan sudah mulai diimplementasikan pada beberapa institusi untuk meningkatkan efisiensi layanan, mempercepat proses kerja, serta menghadirkan pengalaman yang lebih interaktif bagi pengunjung.
Implementasi robot dalam perpustakaan juga mencerminkan transformasi digital yang semakin kuat di lembaga informasi. Kehadiran teknologi ini tidak hanya menunjukkan upaya modernisasi, tetapi juga membuka peluang bagi perpustakaan untuk bereksperimen dengan model layanan baru yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pengguna di era digital.
Layanan yang Diberikan Robot
Robot pada umumnya diprogram untuk memberikan layanan sesuai dengan bidangnya, dalam hal ini pada lingkup perpustakaan. Salah satu layanan utama yang ditawarkan adalah layanan informasi dasar. Robot akan menyapa pengunjung, menjawab pertanyaan yang dilontarkan, serta memberikan informasi umum mengenai perpustakaan. Robot tipe ini dilengkapi dengan voice recognition agar robot dapat berinteraksi langsung dengan pengunjung.
Robot juga dapat berperan sebagai pemandu. Robot akan memandu pengunjung menuju lokasi yang mereka inginkan seperti suatu rak tertentu, ruang layanan, atau fasilitas perpustakaan lain. Robot tipe ini memiliki sistem pemetaan dan navigasi otomatis sehingga dapat membantu pengguna menemukan lokasi koleksi dengan lebih cepat dan efisien.
Robot yang memberikan layanan pemindaian rak dapat berkeliling secara otomatis untuk memeriksa buku yang salah tempat, buku yang hilang, maupun status koleksi yang tidak sesuai dengan data katalog. Proses ini tidak hanya meningkatkan akurasi inventaris, tetapi juga mengurangi beban kerja pustakawan pada tugas yang memakan waktu. Robot ini menggunakan sensor RFID dan kamera agar dapat memindai rak.
Terdapat pula robot yang menyediakan layanan literasi dan edukasi. Biasa ditargetkan untuk kalangan anak-anak, beberapa robot tipe ini didesain agar menarik perhatian, sehingga anak-anak dapat tertarik untuk berinteraksi dengan robot. Ada juga robot edukasi yang dibuat khusus untuk anak dengan autisme.
Layanan terakhir adalah layanan logistik dan otomasi, seperti robot penyortir atau pengangkut buku. Robot jenis ini bekerja di belakang layar untuk mempercepat proses pengembalian dan pengaturan buku, sehingga alur kerja perpustakaan menjadi lebih efisien.
Berbeda dengan Chatbot
Robot memiliki wujud fisik, memungkinkan robot untuk berinteraksi langsung dengan pengunjung; dapat melalui suara, sentuhan layar, dan sensor. Sedangkan chatbot hanya sebuah program text-based yang diakses melalui komputer, situs web, maupun aplikasi.
Tugas robot sendiri melingkup aktivitas fisik dan memberikan informasi, seperti memindai rak, mengarahkan pemustaka, dan memindahkah barang. Berbeda dengan chatbot yang memberikan informasi melalui web/aplikasi, tetapi chatbot dapat digunakan di mana saja dan kapan saja. Chatbot juga dapat melayani banyak pengguna dalam waktu bersamaan. Sedangkan robot hanya bisa digunakan layanannya oleh satu orang sehingga harus bergantian.
Contoh Robot yang Ada
1. TEMI, Perpustakaan Universitas Malaysia Pahang Al-Sultan Abdullah
2. Robbie, Perpustakaan Politeknik Temasek
3. Libby, Perpustakaan Universitas Pretoria
4. Pepper, Perpustakaan Roanoke
Kehadiran robot dalam perpustakaan harus dipandang sebagai kolaborasi antara teknologi dan manusia. Ketika keduanya saling melengkapi, perpustakaan dapat menghadirkan layanan yang lebih cerdas, responsif, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Dengan demikian, robot bukan hanya sekadar inovasi, tetapi menjadi bagian penting dari upaya perpustakaan untuk tetap berkembang dan memberikan nilai terbaik bagi pengguna di era digital.




